2020-11-11

Tugas Quality Control: QC Incoming, QC Process, dan QC Finishing

Author -  Lubis Muzaki

Kualitas produk merupakan kondisi suatu produk yang mampu memenuhi kebutuhan pelanggan. Produsen dalam menjalankan produksinya harus pandai-pandai memilih strategi yang tepat agar tetap bertahan dalam persaingan global seperti saat ini, salah satu dari strategi tersebut ialah meningkatkan kualitas produksi. 

Dalam menjaga dan meningkatkan kualitas produk, produsen dapat melaksanakan kegiatan quality control (QC). Quality control ini sangat dibutuhkan dalam perusahaan untuk menekan jumlah kerusakan produk yang dihasilkan. Sehingga tidak ada pemborosan dalam pelaksanaan produksi yang mengakibatkan kerugian.

Apa dan Siapa itu Quality Control (QC)?

Quality control (QC) adalah pengendalian kualitas. Sementara itu yang bertugas sebagai QC ini adalah baik karyawan yang masuk ke dalam pengendalian materail (Production Planning and Inventory Control atau PPIC) dan juga karyawan yang masuk dalam pengendalian produksi.

Jadi, definisi quality control ini dapat disimpulkan sebagai departemen yang bertanggung jawab untuk menjadmin dan mengendalikan kualitas produk dari awal kedatangan material, proses produksi hingga proses pengepakkan produk sehingga kualitas produk sesuai dengan standar yang telah dibuat.


Tugas dan Tanggung Jawab QC Incoming, QC Process dan QC Finishing


Departemen quality control (QC) di dalam sebuah perusahaan manufaktur biasanya dibagi menjadi 3 sub bagian, yaitu QC incoming, QC processing, dan QC finishing. Ketiganya memiliki tujuan yang sama, yaitu mencegah terjadinya product defect (cacat produk). Namun yang membedakan adalah tempat dan tahapan pengawasannya.


Berikut ini kami jelaskan lebih detail terkait tugas dari QC incoming, QC process dan QC finishing:

1. Quality Contol Incoming

Karyawan yang bertugas pada QC incoming akan mengerjakan pengawasan terhadap material atau bahan baku produksi di gudang raw material. Karyawan diwajibkan untuk melakukan pengecekan setiap kedatangan material di gudang raw material dan memastikan bahwa material yang dipesan oleh bagian purchasing tidak ada yang cacat (zero defect)

Masing-masing perusahaan memiliki standar operasional prosedur (SOP) sendiri dalam metode pengecekannya. Namun, kebanyakan menggunakan metode sampling secara random atau acak pada setiap lot kedatangan barang.

Apabila saat karyawan QC incoming mengambil sampling secara random tersebut tidak menemukan adanya defect atau cacat produk, maka ia dapat menetapkan bahwa bahan baku atau material yang datang tersebut dalam keadaan bagus dan siap disimpan di pada rak gudang (warehouse) dan didistribusikan ke lini produksi. 

Sebaliknya, jika ditemukan bahan baku atau material yang tidak sesuai dengan kualitas, maka material tersebut akan dikarantina dan disendirikan penyimpanannya agar tidak tercampur dengan barang yang berkualias baik.

Material yang tidak memenuhi kualitas tersebut kemudian akan dilaporkan ke bagian gudang dan ke bagian purchasing (pembelian). Selanjutnya bagian purchasing akan melakukan komplain terkait kondisi material yang diterima tersebut ke supplier atau pemasok. Material yang tidak lolos pengecekan dan terbukti defect atau cacat akan dikembalikan ke supplier. Sehingga pihak supplier harus menggantinya dengan material yang lebih baik kualitasnya.
 


2. QC Processing

Karyawan yang bertugas pada QC processing akan melakukan pengecekan saat proses assembly produk (perakitan produk) di area produksi. 

Pada QC processing ini, karyawan akan melakukan pengecekan pada barang setengah jadi dengan memperhatikan standarisasi pada proses produksi. Apabila pada proses assembly terjadi kesalahan proses, maka QC procsesing tidak akan melanjutkan proses tersebut ke proses selanjutnya sebelum barang tersebut diperbaiki terlebih dahulu.


3. QC Finishing

QC finishing merupakan QC terakhir falam proses manufaktur sebuah produk. 

Karyawan yang bertugas sebagi QC finishing akan melakukan pengecekan pada produk jadi yang siap untuk dikirim ke saluran-saluran distribusi seperti pusat grosir, toko ritel (usaha retailing), atau bahkan pelanggan akhir (end users). 

QC finishing bertanggung jawab terhadap kualitas produk akhir. Produk-produk tersebut harus sesuai dengan standar yang diharapkan, sehingga tidak timbul komplain dari pelanggan mengenai masalah kualitas.


Produsen dapat menerapkan 7 alat kendali mutu atau seven tools dalam manajemen mutu produksi, sehingga pengendalian dan perbaikan kualitas produk dapat dilakukan secara sistematis. Dalam menggunakan seven tools ini, produsen perlu metodologi untuk mengarahkannya. Perusahaan dapat  menggunakan metode siklus Plan Do Check Action (PDCA) ataupun dengan siklus Six Sigma Define Measure Analyze Improve Action (DMAIC).

0 komentar

Post a Comment