Sistem Penunjang Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) merupakan sistem
informasi interaktif yang berfungsi untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan dengan menggunakan pemodelan data atau peralatan data analisis sebagai dasar pengembangan alternatif yang dapat digunakan oleh pemakai.
Pengertian Sistem Penunjang Keputusan (SPK)
Sistem Penunjang Keputusan atau Decision Support System (DSS) secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem berbasis teknologi informasi yang mampu memberikan dan mendukung kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengomunikasian untuk masalah semi terstruktur dalam suatu organisasi maupun perusahaan.
Sistem ini menggunakan dan
memanfaatkan data dan model yang diinput oleh pengguna untuk menyelesaikan masalah-masalah dan
memberi solusi alternatif sehingga memudahkan pengambilan keputusan
suatu masalah.
Jenis keputusan sendiri dibagi menjadi dua, yaitu:
- Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang dirumuskan dengan cermat dan bersifat berulang sehingga dapat dirumuskan terkait aturan keputusan atau algoritma keputusannya.
- Keputusan tidak terprogram, yaitu keputusan yang bersifat tidak sering diulang atau dapat dikatakan keputusan ini sangat berbeda di setiap pengulangannya, sehingga tidak dapat dibuat suatu model umum sebagai suatu dasar untuk memogramnya karena membutuhkan analisa baru untuk setiap kejadiannya.
Tujuan Sistem Penunjang Keputusan (SPK)
Tujuan utama dari pengembangan aplikasi sistem penunjang keputusan (SPK) ini tidak dimaksudkan untuk mengotomatisasikan pengambilan keputusan, tetapi untuk memfasilitasi perangkat interaktif yang digunakan oleh pengambil keputusan untuk melakukan berbagai analisis menggunakan model-model yang tersedia.
Sementara itu tujuan detail dari sistem penunjang keputusan adalah sebagai berikut :
- Membantu manajer perusahaan atau organisasi dalam pengambilan keputusan atas masalah semiterstruktur.
- Mendukung pertimbangan manajer dan bukan dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manaje.
- Meningkatkan efektifitas keputusan yang diambil manajer daripada perbaikan efisiennya.
- Memungkinkan pengambilan keputusan secara cepat dengan biaya yang rendah.
- Meningkatkan produktivitas perusahaan.
Karakteristik SPK
Berikut ini adalah sejumlah karakteristik dan kemampuan SPK yaitu:
- SPK merupakan sistem berbasis komputer dengan antarmuka antara mesin/komputer dengan pembuat keputusan.
- SPK bersifat adaptif dan interaktif serta antarmuka yang mudah digunakan.
- Pembuat keputusan memiliki kewenangan penuh untuk mengontrol seluruh tahap dalam sistem penunjang keputusan.
- SPK mampu memberikan solusi atas masalah yang tidak terstruktur baik bagi perorangan atau kelompok.
- Dalam penggunannya, SPK membutuhkan komponen seperti data, basis data (database), dan metode analisis keputusan.
- SPK mampu beradaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel.
- Sistem ini hanya membantu menyediakan alternatif pilihan solusi bagi pembuat keputusan untuk menyelasaikan permasalahan, bukan menjadi pengganti posisi manusianya sebagai pembuat keputusan.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Penunjang Keputusan
Adapun kelebihan dari sistem penunjang keputusan ini adalah sebagai berikut:- SPK menghemat waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan suatu permasalahan,
- SPK mampu menghasilkan solusi dengan lebih cepat dengan hasil yang dapat dipercaya,
- SPK mampu menyajikan berbagai alternatif atau pilihan-pilihan solusi yang dapat diambil,
- SPK mampu menyajikan bukti atau data tambahan sehingga dapat mendukung posisi pengambil keputusan.
Sementara itu kekurangan dari sistem informasi ini adalah sebagai berikut:
- Hal-hal yang bersifat kemampuan manajemen dan bakat manusia tidak dapat dimodelkan dalam sebuah sistem,
- Kemampuan SPK terbatas hanya pada pembendaharaan informasi atau pengetahuan yang tersimpan,
- Kecepatan proses atau performance tergantung pada software dan hardware yang digunakan,
- Tidak memiliki kemampuan intuisi (berpikir) seperti pada manusia.
Proses atau Tahapan dalam Sistem Penunjang Keputusan
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam proses permodelan pada pembangunan suatu sistem penunjang keputusan adalah sebagai berikut :
- Tahap pemahaman (inteligence phase), yaitu aktivitas menyelidiki lingkungan kondisi-kondisi yang memerlukan keputusan. Pembuat keputusan akan mengumpulkan sejumlah informasi dan data mentah, kemudian data tersebut diolah dan diperiksa untuk dijadikan petunjuk yang dapat menentukan masalahnya.
- Tahap perancangan (design phase), yaitu menemukan, mengembangkan, dan menganalisa arah tindakan yang mungkin dapat dipergunakan dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut merupakan aktivitas dalam memahami masalah, untuk menghasilkan cara pemecahan, dan untuk memvalidasi dan memverifikasi apakah cara pemecahan tersebut dapat dilaksanakan.
- Tahap pemilihan (choice phase), yaitu memilih arah tindakan tertentu dari semua arah tindakan yang ada.
- Tahap impelementasi (implementation phase), yaitu setelah menentukan pilihan arah tindakan kemudian pada tahap ini dilakukan penerapan terhadap alternatif tindakan yang telah dipilih pada tahap pemilihan.
Contoh Kasus Sistem Penunjang Keputusan
- Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Calon Mahasiswa Baru Jurusan Manajemen Bisnis
Untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN), calon mahasiswa dapat mengikuti serangkaian proses seleksi seperti SNMPTN, SBMPTN, hingga seleksi mandiri.
Untuk mendapatkan mahasiswa yang nantinya mampu menyelesaikan pendidikannya dan unggul dalam dunia kerja, maka pihak penyeleksi menyusun beberapa kriteria dalam tesnya.
Pemecahan masalah:
Untuk mendapatkan mahasiswa yang memiliki minat dalam dunia manajemen
bisnis, berikut ini adalah kriteria penilaian yang dilakukan:
2. Dari nilai-nilai tersebut kemudaian dikelompokkan dan diseleksi lewat Tes Potensi Akademik (TPA), tes minat bakat, tes kemampuan dasar sosial humaniora (soshum), serta uji keterampilan calon mahasiswa.
Itulah sistem penunjang keputusan yang perlu dikembangkan dalam penentuan calon mahasiswa baru.
- Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Calon Asisten Praktikum Kimia
Dalam memilih calon asisten praktikum jurusan kimia, dosen yang menjadi koordinator suatu mata kuliah akan melakukan seleksi penerimaan asisten terhadap mahasiswa yang telah mendaftar menjadi calon asisten.
Dalam proses seleksi tersebut para dosen biasanya melakukan tes wawancara kepada calon asisten yang telah mendaftar.
Penyelesaian masalah:
Untuk mendapatkan rangkin nilai dari para calon asisten, bobot pada setiap kriteria diperlukan.
Berikut ini adalah bobot kriteria:
Kriteria Calon Asdos |
Bobot |
Penguasaan materi (K1) |
0,20 |
Kemampuan Mengajar dan Kelas (K2) |
0,15 |
IPK (K3) |
0,15 |
Kerja sama (K4) |
0,10 |
Motivasi (K5) |
0,10 |
Disiplin (K6) |
0,09 |
Tanggung jawab (K7) |
0,09 |
Pengalaman (K8) |
0,06 |
Maturity atau kedewasaan (K9) |
0,06 |
Total |
1 |
Pemberian bobot ini dilakukan pada saat pelaksanaan tes wawancara yang kemudian menjadi bahan pertimbangan para dosen untuk menentukan siapa saja yang akan diterima menjadi asisten praktikum.
Kesimpulan dan Saran:
Setiap pengambil keputusan memiliki metode tersendiri dalam memahami informasi yang berpengaruh terhadap efisiensi pengolahan informasinya. Pengetahuan seseorang yang digabungakan dengan kecakapannya dalam mengolah informasi akan menentukan kesanggupannya untuk mengambil keputusan dan memilih alternatif solusi yang terbaik.
Itulah ulasan mengenai apa itu sistem penunjang keputusan, tujuannya, proses dalam sistem penunjang keputusan, dan langkah-langkah dalam pemodelan sistem penunjang keputusan. Dukungan sistem informasi untuk manajer di dalam sebuah perusahaan sangatlah penting dalam berbagai kasus ataupun pengambilan keputusan di dalam perusahaannya. Sistem penunjang keputusan dapat didesain sesuai dengan perusahaan. Sistem ini akan membantu pengambil keputusan dalam mengenali masalah dan kemudian memformulasikan data pendukung untuk keperluan analisis dan pengambilan tindakan.
Makasih infonya min... Heheh
ReplyDelete