"Mas, aku ketika sudah menikah nanti masih diperbolehkan kerja, kan? Isi chatting aplikasi WhatsApp dari istriku sewaktu masih dalam tahapan ta'aruf sekitar lima tahun yang lalu.
"Tentu saja". Jawabku singkat.
Obrolan tersebut muncul karena istriku memang menyukai pekerjaannya dan menginginkan untuk tetap berkarir setelah menikah. Jadi, ia ingin memastikan calon suaminya apakah menyetujui jika istrinya kelak bekerja ataukah harus menjadi full time ibu rumah tangga.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk membahagiakan istri. Salah satunya adalah dengan mengizinkannya untuk menjalankan aktivitas yang ia sukai, termasuk bekerja dan meniti karir. Dan itu yang aku bebaskan untuknya.
Meski aku memberikan "kebebasan" kepada istri, namun tetap kami selalu berdisikusi untuk pengambilan keputusan. Kami menggunakan asas kebersamaan dalam peran pengambilan keputusan, sehingga masing-masing dari kami tidak merasa keberatan.
Sebagai contohnya, kami sepakat untuk memilih rumah kontrakan yang terdekat dengan rumah sakit di mana istri bekerja, meski ukurannya termasuk kecil dan harus membayar lebih mahal dibandingkan rumah kontrakan di daerah lainnya. Alasannya adalah agar waktu tidak habis dipakai di jalanan. Karena bagaimanapun quality time dan family time amatlah penting, apalagi kami sudah memiliki anak yang harus dipenuhi hak-haknya. Kami rasa quality time merupakan harta yang berharga agar keharmonisan keluarga tetap terjaga.
Di rumah kontrakan kecil tersebut, kami berdua sudah terbiasa saling bekerjasama atau saling bagi tugas. Mungkin hal ini tidak lain disebabkan role model kami adalah orang tua masing-masing. Waktu kecil dulu, bapak yang menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya sebelum berangkat ke sekolah. Karena waktu itu, ibu sebelum subuh sudah berangkat ke pasar untuk menjanjakan dagangan sayurannya. Sedangkan bapakku yang menjadi guru di madrasah masih mempunyai spare waktu untuk mengurus anaknya.
Pemandangan itu sudah menjadi kebiasaan baik di kelurgaku maupun keluarga istriku. Akhirnya, ketika kami berkeluarga pun memiliki prinsip yang sama. Kami sebagai relasi suami istri, sepakat bahwa tidak ada dikotomi peran antara laki-laki dan perempuan—dalam artian, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama melakukan peran domestik dan peran publik.
Salah satu aktivitas yang termasuk dalam peran domestik yang sejatinya bukan hanya tanggung jawab wanita adalah memasak. Aku sebagai suami memang tidak terlalu pintar memasak. Namun, kami memiliki komitmen untuk menyempatkan masak bersama-sama setiap harinya, terlebih ketika anak pertama kami belum lahir. Dan setelah anak kami lahir hingga kini berusia 4 tahun, kami masih terus menyempatkan masak secara "gotong royong".
Menyiapkan masakan secara gotong royong tersebut sejatinya sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia. Kegiatan tersebut dikenal dengan istilah rewang. Tradisi ini dilaksanakan saat masyarakat hendak melangsungkan hajatan. Dalam kegiatan ini melibatkan semua usia, baik yang tua maupun yang muda, baik perempuan maupun laki-laki.
Biasanya hajatan yang membutuhkan rewang bisa berupa acara pernikahan, mendirikan rumah, sunatan, ataupun lamaran. Seperti dilakukan di rumah mertua pada akhir November kemarin, yang akan aku ulas pada tulisan di bawah ini.
#SuamiIstriMasak Di Acara Hajatan, Eratkan Hubungan Keluarga dan Tetangga Dalam Kegiatan Masak Besar Sebagai Wujud Menghormati Tamu yang Datang
Muncar merupakan salah satu kecamatan di Banyuwangi yang berlokasi di paling ujung timur Pulau Jawa. Sebagai wujud menghormati tamu, sudah sepatutnya memberikan suguhan olahan khas Jawa Timur bisa menjadi alternatif pilihan.
Tepatnya, akhir bulan November kemarin, mertuaku menerima tamu dari luar kota Banyuwangi. Tamu tersebut merupakan calon suami adik iparku yang datang hendak untuk melamarnya. Ketika ada tamu dalam jumlah besar seperti itu, pastinya kegiatan masak-memasak yang bertujuan untuk menjamu tamu, bisa menjadi momentum Quality Time yang sangat berharga bagi keluarga kami.
Seluruh saudara dekat maupun jauh, #suamiistri, berkumpul di rumah mertua untuk rewang. Momen tersebutlah yang menjadikan kami semakin dekat satu dengan lainnya.
Di dalam tradisi rewang di keluarga kami, kaum ibu-ibu memiliki tugas memasak jangan (sayur), ada ibu-ibu yang bertugas adang (bagian ibu-ibu yang menanak nasi), dan ada ibu-ibu yang bertugas membuat jajan atau kue. Sedangkan bapak-bapaknya menyiapkan tempat pawonan yang akan digunakan untuk memasak, nyembelih pitik (ayam), korah-korah (cuci piring dan alat masak lainnya), ater-ater (mengirimkan hidangan ke tetangga dan kerabat), dan njagong tamu (menerima tamu).
Di daerah seperti di desa kami tersebut, tradisi rewangan dalam hajatan masih cukup kental. Mereka berpikir jika bisa dikerjakan sendiri, ngapain harus bayar mahal-mahal jasa catering. Aku sendiri menyaksikan langsung, betapa solidnya masyarakat, #suamiistri, datang untuk membantu keluarga kami yang memiliki hajatan.
Itulah yang sangat aku apresiasi dari tradisi rewangan ini. Di tengah perkembangan zaman yang semuanya ingin instan, tradisi rewangan seperti ini masih tetap dilestarikan.
Dari tradisi rewang tersebut, aku dan istri banyak belajar hal selain daripada quality time bersama keluarga sehabis seminggu capek bekerja. Rewangan mampu meningkatkan ikatan moril yang lebih erat antar anggota keluarga maupun antar tetangga. Dengan adanya tradisi rewang ini, masing-masing orang bisa kembali memperbaiki ikatan persaudaraan yang sudah mulai merenggang, atau memperbaiki hubungan dari konflik-konflik yang pernah muncul sebelumnya.
Dapur atau pawon yang menjadi ruang domestik saat kegiatan rewang berlangsung menjadi tempat penghubung nilai-nilai sosial melalui silaturahmi. Tradisi ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa tradisi rewang sangat kuat akan nilai-nilai kehidupan yang harmonis, setara, dan adil.
Yang kemudian bisa dilihat dengan jelas bagaimana tradisi rewang membentuk kesadaran masing-masing individu, baik pasangan suami istri maupun muda-mudi, dalam menyelesaikan tanggung jawabnya.
Tradisi rewang ini menjunjung tinggi kesamaan derajat. Dalam praktiknya, tidak ada pihak yang merasa dieksploitasi atau yang mengeksploitasi, yang ada hanyalah keikhlasan untuk mencapai tujuan bersama. yaitu acara hajatan bisa terlaksana dengan sukses.
Dari obrolan kami dengan orang tua mendapatkan kesimpulan bahwa masyarakat pada umumnya mengamini jika membantu orang lain dan memudahkan urusan orang lain, maka mereka juga akan dibantu dan dimudahkan urusannya. Setiap pasangan #suamiistri yang berpartisipasi pasti akan menikmati kegunaan dan manfaat tradisi rewang ini jika nanti pihaknya akan melangsungkan hajatan.
Aku cuci piring, istri membumbui masakan |
Menyajikan Jamuan yang Lezat Untuk Tamu Bersama Kecap ABC
Ibu mertua masak rendang |
Memasak untuk menghadirkan hidangan yang lezat terkadang memanglah melelahkan. Tidak cukup hanya cemplang-cemplung, lalu jadi dan tersaji. Diawali dengan belanja bahan-bahan masakan sampai dengan cuci piring dan membersihkan dapur sehabis selesai memasak tentu saja cukup menguras energi.
Karenanya, aktivitas ini seyogyanya dilakukan secara "gotong royong", layaknya pekerjaan/tugas kantor. Apalagi, seperti kegiatan masak besar untuk hajatan seperti yang kami jalankan untuk acara lamaran adik, pada bulan Nomber kemarin.
Sebagai menantu laki-laki pertama di kelurga istri, aku banyak menemani ibu mertua untuk belanja bahan-bahan makanan mulai dari sayuran, telur ayam, daging-dagingan, ikan, hingga bumbu-bumbu masakan. Ibu mertuaku terkenal sebagai orang yang jago masak. Tidak hanya di keluarga kecilnya, namun juga di keluarga besar. Aku lebih banyak menuruti apa saja bahan makanan yang akan dibeli. Tanpa banyak protes.
Salah satu bumbu masak yang tidak boleh terlewat dari list yang diberikan oleh mertua adalah kecap. Meski beberapa bahan makanan memang sudah ada yang memiliki rasa sendiri, misalnya wortel dan beberapa jenis ikan laut yang manis, tomat yang asam, namun tetap saja, jika bahan-bahan makanan itu diolah tanpa ada tambahan kecap, rasanya memang ada yang kurang. Di dalam list belanjaan mertua, kecap yang dipilih adalah Kecap ABC yang membuat masakan menjadi lebih sempurna dan kaya rasa.
Dari segi rasa, Kecap ABC ini mampu menerjemahkan rasa yang dapat diterima seluruh lapisan masyarakat di seluruh pelosok Indonesia. Jadi, waktu itu, kami pun tak perlu khawatir, orang Brebes pun pastinya juga menyukai Kecap ABC.
Bahkan sehabis acara lamaran tersebut, si pihak calon mempelai pria mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya lewat kirim chat ke adik iparku. Mereka tidak menyangka begitu dihormati. Katanya, selama perjalanan dari Brebes ke Banyuwangi yang berjarak kurang lebih 800 km, mereka dipenuhi rasa tegang. Diterima ataukah ditolak lamarannya. Dan ketegangan tersebut semakin mereda sehabis makan jamuan bersama-sama.
Alhamdulillah, tambah keluarga baru |
Beberapa olahan masakan yang waktu itu diolah dengan Kecap ABC adalah, mulai dari rendang, telur rebus petis masak kecap, oseng kerang, oseng cumi, tuna bumbu kecap, sambel goreng tempe tahu, rawon, dan semur kambing. Semuanya laris manis dinikmati oleh tamu dan juga orang-orang yang rewang untuk acara lamaran.
Dari pengalaman rewang kemarin, bapak dan ibu mertua sudah menyiapkan bumbu masakan jauh-jauh hari. Nah, begitu "pasukan" rewang mulai dikerahkan, aku dan istri tinggal cemplang-cemplung bahan dasar dan bumbu masakan tersebut ke dalam wajan. Untuk menyempurnakan kelezatan masakan, tak lupa Ibu mertua selalu mengingatkan untuk tidak lupa memasukan Kecap ABC.
Karena cukup banyak olahan masakan yang diolah saat rewang kemarin, aku ambil satu saja menu masakan favorit keluarga, yaitu telur rebus petis Kecap ABC, dengan resepnya yaitu:
A. Bahan
- 32 butir telur ayam
- Kecap ABC
- Petis
- 8 lembar daun salam
- 1 sendok teh lada bubuk
- 1 sendok teh penyedap rasa
- 2 sendok teh gula merah
- Garam
- 800 ml air atau secukupnya
- Minyak goreng secukupnya
- 20 siung bawang merah
- 12 siung bawang putih
- 20 buah cabe rawit utuh
- 4 butir kemiri
B. Cara Memasak Telur Rebus Kecap
- Masukkan telur ke dalam air rebusan dan tunggu hingga mendidih sampai telur benar-benar matang.
- Jika sudah matang, tiriskan telur rebus tersebut sampai uap panas menghilang. Kemudian kupas satu persatu telur sampai bersih dan sisihkan.
- Panaskan minyak goreng secukupnya di dalam wajan. Masukkan bumbu halus, lau tumis sampai benar-benar mengeluarkan bau harum.
- Masukkan daun salam dan tuangkan 800 ml air atau secukupnya ke dalam wajan.
- Tuangkan Kecap ABC secukupnya dan aduk hingga merata.
- Tambahkan petis, lada bubuk, gula merah, penyedap rasa, dan garam secukupnya. Aduk hingga merata.
- Masukkan rebusan telur ke dalam kuah dan masak sampai kuah menyusut dan bumbu meresap ke dalam telur.
- Telur akan berubah warna menjadi kecoklatan. Coba rasakan, jika kurang manis bisa ditambahkan Kecap ABC untuk menyempurnakan kelezatannya.
- Siapkan wadah saji dan tuang telur kecap ke dalamnya. Jika diperlukan, potong telur menjadi dua bagian untuk memberikan tampilan yang lebih menarik.
Jamuan yang lezat siap dinikmati |
Yuk, Masak Bareng #SuamiIstri Di Dapur Bersama Kecap ABC!
Selain kaya rasa, yang membuat kami lebih memilih Kecap ABC adalah karena kampanye yang digaungkan Kecap ABC sejalan dengan nilai-nilai yang dijunjung oleh keluarga kami. Kecap ABC sebagai teman masak terbaik Ibu Indonesia, benar-benar mendukung kegiatan kolaborasi suami dan istri di dapur, agar keluarga dapat saling menyatu dan mendukung satu sama lain.
Sebagai informasi, kampanye #SuamiIstriMasak ini sejatinya telah diinisiasi oleh Kecap ABC sejak tahun 2018 silam. Kampanye ini diawali dengan tema Super Bunda dan Suami Sejati. Di dalam setting iklan tersebut digambarkan si anak perempuan menyematkan gelar kepada ibunya sebagai Super Bunda yang memiliki tugas segambreng yaitu tidak hanya kerja, namun juga memasak dan urusan domestik lainnya.
Dari iklan Kecap ABC yang tayang pada tahun 2018 tersebut, pesan yang ingin disampaikan adalah kehadiran laki-laki sebagai calon suami/suami dalam urusan domestik amatlah penting.
Lanjut pada tahun 2019, Kecap ABC juga mengkampanyekan Hari Kesetaraan Perempuan sebagai bentuk komitmen kecap ABC mengedukasi masyarakat Indonesia tentang kesetaraan gender.
Sebagai upaya edukasi lebih dini, pada tahun 2020 Kecap ABC melanjutkan misinya dengan mengadakan kolaborasi bersama platform edukasi online untuk mengajarkan kesetaraan gender kepada generasi muda. Kampanye ini dinilai akan lebih efektif dan menjadi modal besar ketika saatnya nanti mereka berkeluarga.
Pada 2021 Kecap ABC menggandeng kolaborasi dengan pasangan suami istri, Titi Kamal dan Christian Sugiono, untuk menekankan pentingnya kolaborasi suami dan istri di dapur. Pasangan yang juga merupakan brand ambassador Kecap ABCini dikenal dengan keharmonisannya dalam membangun rumah tangga. Di sosial media, kita sering melihat Christian Sugiono menunjukan support-nya untuk Titi dengan cara membantu memasak di dapur. Bahkan, Titi sendiri mengadakan challenge #SuamiIstriMemasak di dapur seperti yang tayang pada Youtube Channel di bawah ini:
Jika kamu penasaran dengan produk Kecap ABC ada apa saja, bisa kunjungi link berikut: Produk Kecap ABC.
0 komentar
Post a Comment