Industri garmen adalah salah satu sektor industri yang penting di Indonesia. Saat ini, industri garmen sedang berkembang pesat bersama dengan tumbuhnya industri tekstil dan produk tekstil lainnya (TPT), Bahkan, Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa industri tersebut sebagai penyumbang devisa terbesar bagi negara setelah minyak dan gas bumi (Migas).
Saat ini masyarakat pada umumnya melihat pakaian tidak hanya sebagai alat penutup tubuh, melainkan juga sebagai pemberi prestise dan pemuas rasa seni. Oleh karenanya, industri garmen dituntut untuk mampu menghasilkan produk pakaian yang berkualitas dan sesuai dengan perkembangan dunia mode terkini.
Lalu, upaya apa saja dalam quality control agar produk pakaian yang dihasilkan berkualitas dan minim cacat? Dan apa saja inovasi yang perlu dijalankan oleh perusahaan garmen agar mampu bersaing dengan serbuan produk garmen dari luar negeri? Temukan jawabannya di bawah ini.
Apa itu Industri Garmen?
Garmen adalah produk pakaian yang dihasilkan dari proses penggabungan penjahitan potongan
tiap-tiap komponen kain hingga menjadi suatu bentuk barang jadi (finished
goods) berupa baju atau celana, komplit dengan aksesorisnya.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa industri
garmen adalah usaha yang bergerak di bidang produksi berbagai jenis pakaian jadi atau perlengkapan
sandang lainnya yang dibutuhkan manusia.
Untuk proses pengerjaannya, industri garmen mempekerjakan jumlah karyawan yang cukup banyak dan didukung dengan sejumlah mesin jahit yang modern sehingga menghasilkan produksi pakaian yang terbilang sangat cepat dan juga rapi.
Beberapa karakteristik yang membedakan pakaian hasil produksi industri garmen dengan jenis pakaian yang lainnya adalah sebagai berikut:
- Pakaian jadi hasil produksi perusahaan garmen umumnya diproduksi secara massal sehingga akan dihasilkan model pakaian yang sejenis dengan jumlah yang banyak.
- Pakaian garmen diproduksi dengan menggunakan ukuran standar baju (S, M, L, XL) atau dengan menggunakan penomoran.
- Sistem produksi pakaian garmen biasanya dilakukan dengan sistem borongan.
Jenis Cacat dalam Produksi Garmen
Secara umum, cacat yang terjadi di dalam produksi garmen dibagi menjadi dua jenis, yaitu cacat material dan cacat produksi. Berikut ini penjelasan keduanya:
A. Cacat material
Yaitu cacat yang terjadi pada material kain itu sendiri. Jadi, cacatnya timbul sebelum pengolahan kain menjadi pakaian. Cacat material ini dapat terjadi saat proses produksi kain atau saat pengiriman ke perusahaan garmen. Adapun cacat material tersebut antara lain berikut ini:
- Kain shadding
Ketidaksesuaian warna kain atau belang atau juga disebut warna beda dalam satu rol atau satu lot kain.
- Kain banyak berlubang
Kain yang digunakan untuk bahan pakaian produksi garmen harus melalui proses pengecekan terlebih dahulu, apakah terdapat lubang atau tidak. Jika kain berlubang meskipun sangat kecil, kain tersebut sudah dikatakan cacat.
- Kain banyak benang yang putus
Artinya benang dalam rajutan kain banyak yang mengalami putus..
- Kain banyak yang kotor
Jika permukaan kain banyak kotoran, maka material untuk produksi garmen tersebut sudah dikatakan cacat.
B. Cacat Produksi
Yaitu cacat yang terjadi saat proses produksi kain menjadi pakaian. Adapun cacat produksi dalam industri garmen dapat digolongkan menjadi beberapa bagian berikut:
- Berlubang
Kesalahan menggunting kain hingga menyebabkan lubang sudah termasuk ke dalam cacat. Selain itu kain yang berlubang juga bisa dikarenakan jarum yang patah saat menjahit.
- Tension
Cacat produksi yang disebabkan karena benang pada rajutan tidak normal seperti benang yang kendor atau sebaliknya, terlalu kencang dalam rajutnya.
- Langkah jarum
Langkah jarum yang terlalu lebar atau terlalu sempit saat proses menjahit dapat menyebabkan ukuran benang tidak sesuai dengan bentuk normalnya, sehingga jahitan pada pakaian yang dihasilkan akan mengalami kecacatan atau tidak sempurna.
- Terkena Kotoran
Kotoran yang biasanya menyebabkan cacat produk adalah kotoran dari minyak mesin jahit atau tanah yang menempel pada kain.
Proses QC atau Pengendalian Kualitas Produksi Garmen
Demi kelancaran quality control produksi garmen, sebaiknya perusahaan menyediakan dua warehouse, yaitu gudang untuk material dan gudang untuk finished goods.
Adapun proses QC yang dapat dilakukan oleh perusahaan garmen adalah dengan jalan melakukan pengecekan pada semua departemen guna meminimalisir cacat dalam produksi, yaitu antara lain sebagi berikut.
- Diadakannya cek material apakah dalam material yang akan digunakan terdapat cacat atau tanpa cacat. Proses ini biasanya dilakukan di departemen cutting.
- Setelah kain dipotong dalam bentuk komponen, kemudian akan dilakukan cek kualitas potong dan ukuran komponen apakah sesuai dengan gambar pola ataukah tidak.
- Diadakan pengecekan terhadap hasil jahit gabungan dari komponen kain (pakaian setengah jadi).
- Diadakan pengecekan terhadap jahit gabungan antara komponen dan accesorisnya atau bisa dikatakan cek pakaian jadi total.
- Cek finished goods atau barang jadi setelah di-trimming atau dibatil dari sisa-sisa benang jahitnya.
- Cek finished goods setelah pakaian di-ironing atau digosok dengan setrika uap.
- Cek finished goods setelah masuk packaging.
Inovasi Industri Garmen Indonesia untuk Bersaing dengan Produk Luar
Distro Produk Pakaian Lokal via Pixabay |
Selama ini industri garmen Indonesia tidak hanya melayani pesanan yang datang dari dalam
negeri saja, melainkan juga datang dari luar negeri. Hal inilah yang membuktikan bahwa produk
pakaian Indonesia mampu bersaing di pasar internasional.
Namun, persaingan dalam industri garmen ini sangatlah kompetitif. Banyak serbuan produk dari industri garmen luar negeri seperti China dan Vietnam yang mengakibatkan tidak sedikit perusahaan garmen Indonesia gulung tikar.
Hal ini bisa terjadi karena harga jual produk garmen Indonesia menjadi relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk impor dari China. Faktanya, serbuan produk garmen dari luar negeri dapat menyebabkan harga bahan baku dan upah buruh di Indonesia menjadi semakin meningkat. Dua variabel produksi inilah yang mau tidak mau mengharuskan naiknya harga produk pakaian, sehingga produk garmen Indonesia akan kalah saing dengan produk-produk dari luar negeri.
Untuk
mempertahankan industri garmen Indonesia, perusahaan harus mampu
mengambil langkah-langkah riil untuk menyiasati kenaikan harga variabel
produksi tersebut. Selain itu, dibutuhkan cara-cara pengambilan
keputusan yang tepat dalam memproduksi pesanan produk.
Adapun
kiat-kiat yang dapat dilakukan oleh perusahaan garmen adalah inovasi
dalam orientasi produksinya, yaitu dapat dibagi menjadi dua seperti
berikut ini:
1. Produk garmen yang berorientasi pada pasar
Pada
orientasi ini, perusahaan bisa dikatakan sebagai pencipta tren
(trendsetter) yang menghasilkan produk dengan model yang beragam sesuai
dengan tren yang diminati masyarakat, Oleh karenanya, perusahaan yang
akan menentukan jenis bahan, warna, atau model potongan dan asessoris
apa yang akan dipilih untuk produknya.
Produk garmen ini akan dijual langsung ke pasar baik pasar tradisional maupun modern, baik dalam bentuk grosir maupun eceran.
2. Produk garmen yang berorientasi pada pesanan
Pada
orientasi ini, perusahaan garmen mengerjakan pesanan sesuai dengan
permintaan pihak konsumen, baik bahan, warna maupun model produk pakaian
yang dihasilkan. Jadi, tidak tergantung dengan tren masyarakat. Pihak
perusahaan hanya bertugas mengerjakan pesanan sebaik mungkin sesuai
pesanan dan dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama.
0 komentar
Post a Comment