Setiap perusahaan di sektor perdagangan dan manufaktur memiliki persediaan sebagai bagian operasional. Mengubah persediaan menjadi produk siap dijual adalah strategi utama yang langsung memengaruhi arus kas dan kesehatan keuangan perusahaan. Dalam hal ini, istilah Days Sales of Inventory (DSI) atau yang dalam bahasa Indonesia disebut “persediaan hari beredar” menjadi relevan dan penting untuk dipahami.
DSI merupakan metrik yang banyak digunakan untuk menilai seberapa efisien sebuah bisnis mengelola persediaannya. Metrik ini menunjukkan jumlah rata-rata hari yang dibutuhkan untuk menjual persediaan yang ada.
Dengan kata lain, DSI memberikan gambaran tentang durasi waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengonversi inventaris menjadi penjualan. Semakin pendek periode ini, semakin efisien sebuah perusahaan dalam mengelola persediaannya, dan ini sering kali menjadi indikator dari performa manajemen rantai pasok perusahaan.
Memahami Apa itu Days Sales of Inventory (DSI)
Days Sales of Inventory, atau sering disebut juga days inventory outstanding (DIO), adalah salah satu metrik keuangan yang membantu perusahaan dalam mengukur efisiensi manajemen persediaan.
DSI menunjukkan jumlah hari rata-rata yang dibutuhkan sebuah bisnis untuk menghabiskan persediaannya dalam satu siklus operasional.
Metrik ini banyak digunakan pada perusahaan yang mengandalkan persediaan sebagai bagian inti dari kegiatan operasional, seperti bisnis ritel, manufaktur, dan perdagangan barang.
DSI tidak hanya terbatas pada barang jadi. Persediaan yang dihitung dalam metrik ini mencakup tiga kategori utama, yaitu barang jadi, barang dalam proses, dan bahan baku atau barang setengah jadi.
Di Indonesia, DSI sering disebut sebagai “persediaan hari beredar” atau “usia rata-rata persediaan” dan digunakan sebagai indikator untuk menilai kondisi kesehatan rantai pasok perusahaan.
Selain membantu perusahaan dalam memahami kinerja manajemen persediaan, DSI juga memberikan informasi penting bagi investor.
Investor dapat menggunakan metrik ini untuk menilai likuiditas perusahaan, yaitu seberapa cepat perusahaan dapat mengonversi aset persediaannya menjadi uang tunai.
Misalnya, perusahaan dengan DSI yang rendah mungkin lebih menarik bagi investor karena menunjukkan tingkat likuiditas yang baik, yang memungkinkan perusahaan untuk beroperasi lebih fleksibel dan merespons perubahan permintaan pasar dengan cepat.
Namun, nilai DSI yang rendah atau tinggi tidak selalu menjadi indikator yang positif atau negatif. Kok bisa? Temukan jawabannya, pada penjelasan selanjutnya di bawah ini, ya.
Menafsirkan Rasio DSI dan Apa yang Diindikasikannya
Days Sales of Inventory (DSI) adalah indikator yang memberikan pandangan tentang efisiensi pengelolaan persediaan perusahaan.
Melalui rasio ini, perusahaan dan pemangku kepentingan lainnya dapat memahami kecepatan perputaran persediaan serta potensi dampaknya terhadap arus kas dan operasional bisnis.
Namun, angka DSI tidak dapat ditafsirkan dengan satu ukuran tetap, karena nilai idealnya sangat bergantung pada jenis bisnis, industri, dan strategi perusahaan.
Secara umum, DSI dihitung dengan mengukur jumlah hari rata-rata yang diperlukan sebuah perusahaan untuk mengonversi persediaannya menjadi penjualan.
Angka DSI yang rendah biasanya dipandang sebagai indikasi positif karena menandakan bahwa perusahaan memiliki perputaran persediaan yang cepat, yang berarti arus kas lebih lancar dan risiko penumpukan persediaan lebih rendah.
Misalnya, bisnis ritel yang menjual produk-produk cepat laku, seperti makanan atau pakaian, cenderung memiliki DSI yang lebih rendah karena persediaannya terjual dengan cepat.
Namun, penting juga untuk memahami bahwa DSI yang rendah tidak selalu berarti perusahaan memiliki manajemen persediaan yang optimal.
Dalam beberapa kasus, DSI yang sangat rendah dapat menunjukkan bahwa perusahaan menyimpan persediaan yang terlalu sedikit, sehingga berisiko menghadapi kekurangan stok saat terjadi lonjakan permintaan.
Kekurangan stok ini bisa mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan, penurunan penjualan, dan kerugian reputasi jika perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan pasar tepat waktu.
Di sisi lain, DSI yang tinggi tidak serta-merta dianggap buruk. DSI tinggi mungkin mengindikasikan bahwa perusahaan sedang berinvestasi dalam persediaan untuk mengantisipasi permintaan yang diproyeksikan meningkat dalam jangka panjang.
Hal ini umum terjadi pada perusahaan yang menghadapi siklus musiman atau memiliki strategi pengadaan persediaan besar-besaran untuk menekan biaya pembelian.
Misalnya, produsen barang elektronik atau otomotif mungkin memilih untuk menyimpan persediaan lebih besar karena waktu produksi yang lebih lama dan fluktuasi permintaan pasar yang signifikan.
Selain itu, DSI yang tinggi juga bisa menjadi indikasi bahwa persediaan yang dimiliki bersifat non-perishable atau tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan untuk waktu yang lebih lama tanpa mengurangi nilai jualnya.
Dalam kasus ini, perusahaan dapat memilih untuk mempertahankan persediaan yang lebih besar sebagai strategi bisnis untuk memenuhi pesanan secara lebih fleksibel.
Dengan demikian, DSI harus ditafsirkan dengan mempertimbangkan konteks bisnis dan kondisi industri masing-masing.
Perusahaan yang memiliki DSI rendah mungkin lebih efisien dalam perputaran persediaan, tetapi tetap perlu menjaga keseimbangan untuk memastikan ketersediaan produk saat dibutuhkan.
Sementara itu, perusahaan dengan DSI tinggi harus memastikan bahwa investasi persediaannya terencana dengan baik agar tidak mengganggu arus kas.
Cara Menghitung Days Sales of Inventory: Rumus
Perhitungan DSI dilakukan dengan beberapa rumus, yang masing-masing dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan kondisi operasional.
Berikut adalah tiga rumus umum yang digunakan dalam menghitung DSI.
a. Rumus 1: Pendekatan Persediaan Rata-Rata
Rumus pertama menghitung DSI berdasarkan nilai rata-rata persediaan dalam periode tertentu. Rumus ini digunakan karena memberikan pandangan yang lebih stabil mengenai persediaan perusahaan selama waktu tertentu.
Rumus:
DSI = (Nilai Rata-Rata Persediaan/HPP) x 365 hari
Cara Menghitung:
Hitung rata-rata persediaan dengan menjumlahkan persediaan awal dan persediaan akhir, lalu bagi dua. Bagi nilai rata-rata persediaan tersebut dengan harga pokok penjualan (HPP) selama periode yang sama. Kalikan hasilnya dengan 365 hari untuk mendapatkan DSI dalam satuan hari.
Contoh Penggunaan:
Jika sebuah perusahaan memiliki persediaan awal sebesar Rp200 juta dan persediaan akhir sebesar Rp300 juta dengan HPP sebesar Rp900 juta, maka:
Rata-rata persediaan = (Rp200 juta + Rp300 juta) / 2 = Rp250 juta.
DSI = (Rp250 juta / Rp900 juta) x 365 = 101 hari.
Rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan membutuhkan waktu sekitar 101 hari untuk menghabiskan persediaannya.
b. Rumus 2: Pendekatan Persediaan Akhir
Rumus kedua menghitung DSI berdasarkan nilai persediaan akhir dalam periode tertentu. Rumus ini cocok digunakan jika perusahaan ingin mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menjual persediaan yang ada pada titik waktu tertentu.
Rumus:
DSI = (Nilai Persediaan Akhir/HPP) x 365 hari
Cara Menghitung:
Ambil nilai persediaan akhir dari laporan neraca perusahaan. Bagi nilai persediaan akhir tersebut dengan HPP selama periode tersebut. Kalikan hasilnya dengan 365 hari untuk mendapatkan DSI dalam satuan hari.
Contoh Penggunaan:
Jika persediaan akhir perusahaan adalah Rp300 juta dan HPP selama periode tersebut adalah Rp900 juta, maka:
DSI = (Rp300 juta / Rp900 juta) x 365 = 122 hari.
Ini berarti bahwa persediaan akhir perusahaan memerlukan sekitar 122 hari untuk dijual.
c. Rumus 3: Pendekatan Perputaran Persediaan
Rumus ketiga menghitung DSI dengan pendekatan perputaran persediaan (inventory turnover). Rumus ini berguna untuk mengetahui frekuensi perputaran persediaan dalam suatu periode tertentu, dan kemudian dikonversikan menjadi DSI.
Rumus:
DSI = (1/inventory Turnover) x 365 hari
Inventory turnover sendiri dihitung dengan membagi HPP dengan rata-rata persediaan.
Cara Menghitung:
Hitung inventory turnover dengan membagi HPP dengan rata-rata persediaan. Bagi 1 dengan hasil inventory turnover tersebut. Kalikan hasilnya dengan 365 hari untuk mendapatkan DSI.
Contoh Penggunaan:
Jika HPP adalah Rp900 juta dan rata-rata persediaan adalah Rp250 juta, maka:
Inventory turnover = Rp900 juta / Rp250 juta = 3,6.
DSI = (1 / 3,6) x 365 = 101 hari.
Dengan perhitungan ini, perusahaan membutuhkan sekitar 101 hari untuk menghabiskan persediaannya.
Memilih Rumus DSI yang Tepat untuk Bisnis Anda
Ketiga rumus di atas memiliki tujuan masing-masing, dan penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan analisis perusahaan.
Rumus pertama dengan pendekatan rata-rata persediaan memberikan pandangan yang lebih stabil selama periode tertentu.
Rumus kedua, yang hanya mempertimbangkan persediaan akhir, lebih cocok untuk mendapatkan snapshot kondisi persediaan pada waktu tertentu.
Sementara itu, rumus ketiga memberikan perspektif berdasarkan frekuensi perputaran persediaan.
Manfaat Mengetahui Days Sales of Inventory (DSI)
Berikut ini adalah beberapa manfaat utama dari memahami dan memantau DSI.
1. Memberikan Gambaran Likuiditas untuk Investor dan Pemilik Modal
DSI adalah salah satu metrik yang dapat menunjukkan likuiditas perusahaan, yang merupakan indikator seberapa cepat aset persediaan dapat dikonversi menjadi pendapatan bagi bisnis.
Investor dan pemilik modal dapat melihat DSI untuk memahami kesehatan keuangan perusahaan. Rasio DSI yang rendah menandakan bahwa perusahaan memiliki perputaran persediaan yang cepat, menunjukkan likuiditas yang baik dan kapasitas untuk menghasilkan arus kas dengan cepat.
Hal ini menjadi daya tarik bagi investor karena mereka akan merasa lebih yakin bahwa perusahaan mampu mempertahankan stabilitas keuangan dan fleksibilitas operasional.
2. Mengidentifikasi Waktu yang Dibutuhkan untuk Menjual Persediaan
Dengan mengetahui DSI, perusahaan dapat memperkirakan waktu rata-rata yang diperlukan untuk mengonversi persediaan menjadi penjualan.
Informasi ini sangat berharga bagi perusahaan yang memiliki produk dengan umur simpan terbatas, seperti barang elektronik atau produk fashion, yang memiliki risiko penurunan nilai seiring waktu.
Dalam kasus ini, perputaran persediaan yang cepat sangat diharapkan untuk mencegah kerugian akibat barang yang usang atau tidak terjual.
Selain itu, DSI yang terlalu tinggi dapat menjadi sinyal bagi manajemen untuk mengurangi pembelian persediaan atau meningkatkan aktivitas pemasaran untuk mempercepat penjualan.
3. Membantu Manajemen dalam Mengatur Stok dengan Lebih Baik
DSI juga membantu manajemen dalam merencanakan kapan waktu yang tepat untuk melakukan pengadaan ulang persediaan.
Dengan memantau DSI secara rutin, manajemen dapat mengetahui kapan persediaan mulai menipis dan segera melakukan pemesanan ulang untuk menghindari kekurangan stok.
Hal ini sangat penting untuk menjaga kesinambungan produksi dan memastikan bahwa perusahaan selalu siap memenuhi permintaan pelanggan.
Tanpa pemantauan DSI, perusahaan berisiko mengalami kekurangan stok yang dapat menghambat operasional dan mengecewakan pelanggan.
4. Mengukur Efektivitas Manajemen Rantai Pasok
Days Sales of Inventory memberikan gambaran tentang efektivitas manajemen rantai pasok yang dimiliki perusahaan.
DSI yang ideal menunjukkan bahwa perusahaan memiliki proses rantai pasok yang efisien, mulai dari pembelian bahan baku hingga distribusi produk akhir.
Sebaliknya, jika DSI terlalu tinggi, bisa jadi ada hambatan dalam rantai pasok, seperti produksi yang terlalu lambat atau distribusi yang tidak efektif.
5. Mendukung Perencanaan Penjualan dan Persediaan yang Lebih Akurat
DSI memberikan informasi penting bagi manajemen untuk merencanakan penjualan dan persediaan dengan lebih akurat.
Dengan mengetahui rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menjual persediaan, perusahaan dapat membuat proyeksi yang lebih realistis terkait kebutuhan produksi dan persediaan.
Informasi ini memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan produksi dan pembelian bahan baku agar sesuai dengan permintaan pasar, sehingga menghindari overstock ataupun kekurangan stok.
6. Menyediakan Data untuk Pengambilan Keputusan Strategis
Data yang dihasilkan dari perhitungan DSI dapat digunakan oleh manajemen untuk membuat keputusan strategis terkait pengelolaan persediaan dan rantai pasok.
Misalnya, jika DSI menunjukkan bahwa persediaan cenderung bergerak lambat, perusahaan bisa mempertimbangkan strategi diskon untuk mempercepat penjualan atau melakukan kampanye pemasaran yang lebih agresif.
Sebaliknya, jika DSI sangat rendah, perusahaan mungkin perlu menambah persediaan untuk menghindari kekurangan stok.
Dengan pemahaman yang baik mengenai DSI, manajemen dapat merespons dinamika pasar dengan lebih cepat dan menyesuaikan strategi bisnis sesuai kebutuhan.
0 komentar
Post a Comment