2025-06-15

Panduan Lengkap Menyusun Anggaran Bisnis yang Efektif dan Realistis

Author -  Lubis Muzaki

Keputusan finansial bisnis yang cerdas tidak bisa hanya didasarkan pada insting atau asumsi. Dibutuhkan perencanaan yang matang agar setiap rupiah yang dikeluarkan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan usaha. Di sinilah anggaran bisnis memegang peranannya.

Anggaran bisnis adalah alat yang membantu pemilik usaha, manajer, dan tim keuangan untuk merencanakan pengeluaran dan memprediksi pendapatan dalam periode tertentu. 

Baik bisnis yang baru dirintis maupun yang sudah berjalan lama sama-sama membutuhkan anggaran. Bagi bisnis baru, anggaran berfungsi sebagai rencana awal untuk membangun fondasi yang kuat. Sementara bagi bisnis yang sudah berjalan, anggaran menjadi alat kontrol untuk menilai performa keuangan dan menyesuaikan strategi secara berkala.

Melalui artikel ini, kita akan membahas secara lengkap dan praktis bagaimana menyusun anggaran bisnis yang efektif—mulai dari memahami konsep dasarnya, strategi penyusunannya, hingga langkah-langkah teknis yang bisa langsung diterapkan.




Apa Itu Anggaran Bisnis? Ini Sejumlah Fungsinya!

Anggaran bisnis adalah rencana keuangan yang merinci proyeksi pendapatan dan pengeluaran dalam periode tertentu, biasanya per bulan, kuartal, atau tahun. 

Anggaran berfungsi sebagai panduan bagi pelaku usaha dalam mengelola keuangan secara sistematis dan terukur. Nah, untuk selengkapnya mengenai fungsi tersebut adalah:

1. Merencanakan Keuangan Secara Terstruktur

Dengan anggaran, bisnis memiliki panduan ke mana uang akan digunakan dan dari mana uang diproyeksikan masuk. Hal ini membantu pemilik usaha untuk menghindari pengeluaran impulsif dan menjaga keberlanjutan operasional.

2. Mengidentifikasi Potensi Penghematan dan Peluang Pertumbuhan

Anggaran membantu menemukan area yang boros dan dapat dilakukan penghematan, sekaligus menunjukkan ruang untuk investasi, ekspansi, atau inovasi produk yang lebih menguntungkan.

3. Menentukan Prioritas Pengeluaran

Tidak semua pengeluaran memiliki nilai tambah bagi usaha. Anggaran memungkinkan bisnis memisahkan pengeluaran yang benar-benar penting (seperti produksi atau gaji staf inti) dari yang sifatnya opsional (misalnya dekorasi kantor).

4. Mendukung Pengambilan Keputusan

Saat dihadapkan pada keputusan penting—seperti membeli aset baru, menambah tenaga kerja, atau meluncurkan produk—anggaran memberikan data yang membantu menilai kelayakan finansial dari setiap pilihan yang ada.

5. Penting untuk Keperluan Pendanaan

Investor atau pemberi pinjaman modal akan melihat anggaran sebagai indikator bahwa bisnis memiliki perencanaan keuangan yang bagus. Anggaran mencerminkan proyeksi arus kas, struktur biaya, dan strategi pertumbuhan yang meyakinkan bagi calon pemberi dana.

Strategi Penyusunan Anggaran

Setiap strategi ini memiliki keunggulan dan keterbatasannya masing-masing. Oleh karena itu, sebaiknya pelaku usaha memilih strategi atau pendekatan yang paling relevan dengan bisnisnya.

1. Top-Down Budgeting

Dalam pendekatan ini, manajemen puncak (top management) menetapkan target dan alokasi anggaran berdasarkan visi dan strategi bisnis. 

Anggaran kemudian dialokasikan ke tiap departemen atau unit bisnis sesuai arahan dari atas.

Keunggulan:

  • Proses lebih cepat dan efisien.
  • Selaras dengan tujuan strategis perusahaan.
  • Cocok untuk organisasi yang sudah mapan dan memiliki struktur hierarkis jelas.

Keterbatasan:

  • Kurang melibatkan masukan dari tim operasional.
  • Berisiko tidak mencerminkan kebutuhan riil di lapangan.

2. Bottom-Up Budgeting

Pendekatan ini dimulai dari level bawah: tiap departemen atau unit menyusun anggarannya sendiri berdasarkan kebutuhan aktual, lalu disusun menjadi anggaran keseluruhan perusahaan.

Keunggulan:

  • Lebih akurat karena berdasarkan kondisi operasional nyata.
  • Meningkatkan rasa memiliki dan akuntabilitas tim.

Keterbatasan:

  • Proses lebih memakan waktu.
  • Berpotensi menghasilkan anggaran yang terlalu besar jika tidak ada pengendalian dari pusat.

Dari dua pendekatan strategi di atas tidak ada pendekatan yang sepenuhnya ideal. Banyak bisnis mengadopsi strategi gabungan—menggunakan top-down untuk kerangka besar, dan bottom-up untuk rincian operasional.

5 Langkah Menyusun Anggaran Bisnis yang Efektif

Menyusun anggaran adalah tahapan dalam merencanakan dan menentukan pos-pos pengeluaran yang diperlukan untuk menjalankan operasional usaha. Proses ini membantu pelaku usaha melihat kebutuhan biaya secara menyeluruh dan memperkirakan kemampuan pendanaan dalam periode tertentu.

Berikut ini adalah langkah-langkah umum dalam menyusun anggaran usaha yang bisa diterapkan.

1. Mengestimasi Pengeluaran

Langkah pertama dalam menyusun anggaran adalah memperkirakan seluruh pengeluaran bisnis. 

Di sini, penting untuk mengelompokkan pengeluaran ke dalam tiga kategori utama: biaya tetap, biaya variabel, dan biaya insidental (tak terduga). 

Biaya tetap adalah pengeluaran rutin yang tidak banyak berubah dari bulan ke bulan, seperti sewa kantor, gaji tetap karyawan, dan langganan perangkat lunak. 

Sementara itu, biaya variabel bergantung pada volume kegiatan operasional, seperti bahan baku produksi, pengemasan, biaya pengiriman, dan komisi penjualan. 

Adapun biaya insidental, seperti renovasi kantor, penggantian peralatan kantor yang rusak, atau biaya relokasi.

Untuk menghasilkan estimasi yang akurat, gunakan data historis dari laporan keuangan sebelumnya. Jika bisnis masih baru, benchmark dari industri atau bisnis serupa bisa menjadi acuan yang berguna. 

Semakin rinci estimasi yang dibuat, semakin kuat fondasi anggaran yang disusun.

2. Mengestimasi Pendapatan

Setelah menghitung pengeluaran, langkah selanjutnya adalah memperkirakan pendapatan yang akan diperoleh selama periode anggaran. 

Untuk bisnis yang sudah berjalan, data penjualan masa lalu bisa dijadikan sebagai dasar penyusunannya. Lihat tren musiman, pertumbuhan tahunan, atau pergeseran perilaku pelanggan yang pernah terjadi.

Bagi bisnis baru, pendekatan ini tentu berbeda. Karena belum ada data historis, pemilik usaha perlu melakukan riset pasar dan analisis kompetitor untuk memproyeksikan pendapatan. 

Estimasi ini juga perlu mempertimbangkan faktor eksternal seperti musim (misalnya, penjualan meningkat saat liburan), tren industri, serta proyek satu kali yang mungkin mendatangkan pendapatan tambahan. 

Estimasi pendapatan yang realistis akan sangat membantu dalam menjaga ekspektasi dan menghindari pengeluaran berlebih.

3. Menyusun Proyeksi Laba Rugi

Dengan menggabungkan estimasi pendapatan dan pengeluaran, pelaku usaha dapat membuat proyeksi laba rugi untuk periode tertentu. Proyeksi ini berguna untuk melihat apakah bisnis diperkirakan menghasilkan surplus (laba) atau defisit (rugi). 

Oleh karena itu, penting untuk menghitung margin keuntungan bersih, yaitu persentase laba bersih dari total pendapatan setelah dikurangi seluruh biaya. 

Di sini, pelaku usaha harus memahami perbedaan antara pendapatan kotor (revenue) dan laba bersih (net profit). Banyak pelaku usaha yang keliru mengira omset besar berarti keuntungan besar, padahal biaya operasional bisa saja sangat tinggi.

Untuk memantau hal ini secara konsisten, gunakan laporan laba rugi (profit and loss statement/P&L) yang memperlihatkan pendapatan, biaya, dan laba dalam satu periode tertentu. 

4. Menyiapkan Dana Darurat

Sering kali diabaikan, dana darurat sebenarnya merupakan komponen vital dalam anggaran bisnis. Dunia usaha penuh dengan ketidakpastian—mulai dari penurunan permintaan mendadak, kerusakan alat produksi, hingga keterlambatan pembayaran dari klien. 

Tanpa cadangan dana yang memadai, bisnis bisa terguncang bahkan oleh gangguan kecil sekalipun. Alokasi dana darurat yang digunakan biasanya setara 3 hingga 6 bulan biaya operasional. 

Jumlah ini cukup untuk menjaga kelangsungan bisnis sambil mencari solusi atau adaptasi yang diperlukan.

5. Melakukan Tinjauan Anggaran Secara Berkala

Anggaran bukanlah dokumen yang dibuat sekali lalu dibiarkan. Evaluasi rutin perlu dilakukan untuk membantu memastikan bahwa proyeksi keuangan tetap relevan dan mendukung strategi bisnis jangka pendek maupun jangka panjang.

Mulailah dengan membandingkan pendapatan aktual terhadap target yang telah ditetapkan, lalu lakukan hal yang sama untuk sisi pengeluaran. Apakah ada biaya yang membengkak? Apakah pendapatan lebih kecil dari yang diperkirakan? Temuan ini akan menjadi dasar untuk melakukan penyesuaian.

Frekuensi peninjauan bisa disesuaikan dengan skala bisnis—bisa dilakukan setiap bulan, kuartal, atau setidaknya dua kali setahun. 

Jika bisnis kamu sedang berada dalam fase pertumbuhan cepat atau menghadapi tantangan besar, peninjauan bulanan sangat disarankan. Dengan begitu, kamu dapat mengambil tindakan korektif lebih cepat dan menjaga stabilitas finansial bisnis.

0 komentar

Post a Comment