Skema Free on Board (FOB) merupakan salah satu metode pengiriman barang yang umum digunakan. Dalam skema ini, tanggung jawab eksportir hanya sampai pada saat barang berhasil dimuat ke atas kapal di pelabuhan asal. Setelah titik tersebut, seluruh tanggung jawab beralih ke pihak importir, termasuk risiko pengiriman, pengurusan asuransi, dan tentu saja pembayaran kepada eksportir.
Bagi importir, proses pembayaran lintas negara bukanlah hal yang sederhana. Selain harus memperhitungkan nilai tukar mata uang asing, mereka juga dihadapkan pada biaya transfer bank yang tidak sedikit—terutama jika melibatkan bank perantara atau koresponden. Tidak jarang, biaya ini menjadi pengeluaran tersembunyi yang justru menekan margin keuntungan.
Jika pembayaran kepada eksportir tidak dikelola dengan baik, biaya tambahan bisa membengkak dan merugikan importir dalam jangka panjang. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi yang cermat dan tepat sasaran untuk meminimalkan biaya transfer tanpa mengorbankan kelancaran transaksi.
Artikel ini akan membahas berbagai pendekatan yang dapat diambil oleh importir untuk menghemat biaya transfer saat bertransaksi dengan skema FOB.
1. Membangun Hubungan Baik dengan Eksportir
Importir yang mampu membangun dan menjaga hubungan baik dengan eksportir memiliki keuntungan strategis, salah satunya adalah mendapatkan fleksibilitas dalam hal pembayaran. Skema FOB shipping memberikan ruang negosiasi yang cukup besar antara kedua pihak, terutama dalam menentukan metode dan waktu pembayaran yang paling efisien.
Eksportir yang sudah mengenal kredibilitas importir cenderung lebih terbuka terhadap opsi pembayaran non-konvensional. Misalnya, mereka mungkin bersedia menerima pembayaran dalam mata uang lokal mereka, yang dapat menghindarkan importir dari biaya konversi kurs yang tinggi. Dalam kasus lain, eksportir bisa mengizinkan pembayaran bertahap atau sistem cicilan untuk mengurangi beban kas importir.
Oleh karena itu, membina hubungan jangka panjang, menjaga integritas pembayaran, serta menjalin komunikasi yang proaktif dengan eksportir, dapat menjadi aset penting dalam menekan biaya transfer internasional.
2. Memanfaatkan Perusahaan Jasa Pembayaran (PJP) Alternatif
Salah satu kendala utama dalam pembayaran internasional adalah tingginya biaya yang dikenakan oleh bank konvensional. Proses transfer uang antarnegara, apalagi jika melibatkan lebih dari satu bank koresponden, dapat menimbulkan biaya transfer yang tidak transparan dan fluktuasi nilai tukar yang merugikan pihak importir.
Sebagai solusinya, semakin banyak importir yang mulai beralih ke perusahaan pembayaran alternatif atau penyedia layanan fintech global. Platform seperti Wise, menyediakan layanan transfer lintas negara dengan biaya lebih rendah, kurs yang kompetitif, dan proses yang lebih cepat dibandingkan jalur perbankan konvensional.
Keunggulan utama dari platform pembayaran alternatif ini adalah transparansi. Biaya layanan biasanya ditampilkan secara jelas sebelum transfer dilakukan, sehingga importir bisa menghitung total biaya secara akurat. Selain itu, beberapa platform juga memungkinkan pengiriman langsung ke rekening eksportir tanpa melalui bank perantara, yang secara langsung memangkas biaya tambahan.
Dengan pendekatan ini, importir bisa memangkas biaya transfer sekaligus meningkatkan efisiensi pembayaran dalam transaksi FOB.
3. Menggunakan Strategi Lindung Nilai (Hedging)
Risiko nilai tukar menjadi salah satu sumber ketidakpastian dalam pembayaran internasional. Dalam transaksi FOB, di mana pembayaran kepada eksportir sering kali dilakukan beberapa waktu setelah kesepakatan harga dibuat, fluktuasi kurs dapat menyebabkan lonjakan biaya secara tiba-tiba dan tak terduga bagi importir.
Untuk mengatasi hal ini, importir dapat menggunakan strategi lindung nilai (hedging), terutama dalam bentuk kontrak forward. Dengan kontrak ini, importir dapat “mengunci” nilai tukar saat ini untuk digunakan dalam pembayaran mendatang, sehingga risiko fluktuasi dapat dieliminasi.
Selain itu, importir dan eksportir juga dapat menyepakati sejak awal mengenai mata uang yang digunakan dalam pembayaran. Jika eksportir bersedia menerima pembayaran dalam mata uang negara importir, maka tidak diperlukan konversi mata uang tambahan. Sebaliknya, jika pembayaran tetap menggunakan mata uang eksportir, importir bisa merencanakan waktu pembelian mata uang tersebut agar dilakukan pada saat nilai tukar menguntungkan.
Strategi hedging ini bukan hanya berlaku untuk perusahaan besar. Kini, banyak platform keuangan dan bank internasional yang menawarkan produk lindung nilai dengan nominal minimum yang terjangkau, bahkan bagi pelaku usaha menengah. Dengan manajemen risiko kurs yang tepat, importir bisa memastikan biaya transfer tetap terkendali tanpa mengorbankan kelancaran transaksi.
4. Membuka dan Memanfaatkan Rekening di Negara Eksportir
Salah satu cara yang kerap diabaikan oleh importir untuk menghemat biaya transfer adalah dengan membuka rekening di negara tempat eksportir berada. Strategi ini sangat efektif, terutama jika importir memiliki volume transaksi yang rutin dengan mitra dari negara tertentu.
Dengan memiliki rekening lokal di negara eksportir, importir dapat menghindari biaya konversi mata uang yang umumnya dikenakan oleh bank ketika mentransfer dana antarnegara. Selain itu, pembayaran lokal umumnya tidak memerlukan bank perantara.
Di era digital, membuka rekening di luar negeri bukan lagi hal yang rumit. Banyak bank internasional dan penyedia layanan keuangan berbasis teknologi (fintech) kini menawarkan rekening multi-mata uang yang bisa digunakan untuk menerima dan mengirim pembayaran dalam berbagai mata uang secara langsung. Fasilitas ini memungkinkan importir membayar eksportir menggunakan mata uang yang sama tanpa harus melewati proses konversi dan birokrasi perbankan tradisional.
5. Mengatur Waktu Pembayaran dengan Bijak
Biaya transfer internasional tidak hanya ditentukan oleh metode pembayaran, tetapi juga oleh waktu kapan transaksi dilakukan.
Untuk menghindari biaya-biaya tak perlu ini, importir perlu cermat dalam menjadwalkan waktu transfer. Misalnya, mengirim pembayaran saat jam kerja bank di negara eksportir sedang aktif bisa mempercepat proses verifikasi dan pencairan dana tanpa dikenai biaya layanan tambahan.
Selain itu, waktu pembayaran juga berkaitan erat dengan nilai tukar. Dalam pasar valuta asing, kurs dapat berubah dalam hitungan jam. Importir yang cermat dapat memantau pergerakan kurs dan memilih waktu transfer saat nilai tukar stabil atau menguntungkan.
6. Menyesuaikan Perjanjian Kontrak
Perjanjian kontrak antara importir dan eksportir merupakan dasar utama dari seluruh transaksi perdagangan. Dalam konteks penghematan biaya transfer, salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah menyepakati sistem pembayaran satu kali (lump sum) untuk menghindari biaya transfer berulang.
Jika memungkinkan, pembayaran dalam jumlah besar sekaligus dapat lebih hemat dibandingkan dengan beberapa kali transfer dalam jumlah kecil, yang masing-masing dibebani biaya transaksi.
Namun demikian, sistem pembayaran bertahap (partial payment) juga bisa menjadi pilihan yang lebih fleksibel, terutama jika importir ingin menjaga arus kas tetap stabil. Dalam skenario ini, biaya transfer bisa dioptimalkan dengan memilih jadwal pembayaran yang tidak terlalu sering, dan menggunakan metode transfer yang efisien.
Selain frekuensi, metode pembayaran itu sendiri juga dapat disesuaikan. Misalnya, penggunaan platform escrow atau rekening bersama dapat memberi keamanan tambahan bagi kedua pihak, sekaligus menghindari biaya-biaya tambahan yang timbul akibat kurangnya kepercayaan.
Dengan mempertimbangkan efisiensi biaya sejak tahap negosiasi kontrak, importir bisa mendapatkan kendali lebih besar terhadap pengeluaran keuangan dan membangun dasar kerja sama yang lebih kuat dengan eksportir.
0 komentar
Post a Comment