2025-09-26

Gerbang Baru Nusantara

Author -  Lubis Muzaki

Apa yang ada di benak Anda ketika mendengar Surabaya, Jawa Timur? Mungkin sebagian  besar, yang terlintas adalah Surabaya sebagai kota pahlawan. Jarang yang menyadari bahwa  Surabaya, sebagai pusat pemerintahan Jawa Timur, juga memegang peran strategis sebagai salah satu poros maritim Indonesia. Dari sinilah arus barang mengalir, menjadi gerbang keluar masuk logistik yang menghubungkan barat dan timur Indonesia. 

Pada akhir Agustus 2025 lalu, Surabaya diguncang aksi demonstrasi, yang kita semua tahu, merupakan bagian dari rentetan protes nasional terhadap kebijakan tunjangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Aksi tersebut berujung anarkis, hingga Gedung Grahadi dan Polsek Tegalsari ikut terbakar. Ketika membaca berita itu, yang terlintas di otak saya adalah: bagaimana jika eskalasi semacam ini merembet hingga ke Pelabuhan Tanjung Perak? Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan, sebab di sejumlah media sosial sempat muncul seruan demonstrasi digelar di bandara dan pelabuhan agar lebih didengar oleh pejabat. Bisa kita bayangkan, betapa besar kerugian ekonomi nasional jika jalur logistik vital seperti Pelabuhan Tanjung Perak lumpuh total. 

Sepanjang 2024, arus barang di Tanjung Perak mencapai lebih dari 25 juta ton, terdiri atas 13,7 juta ton yang dibongkar dan 11,5 juta ton yang dimuat. Angka ini menunjukkan bahwa Surabaya menjadi titik keluar/masuk bagi suplai logistik Nusantara. Melalui jalur darat maupun laut, barang dari Tanjung Priok dan kawasan industri Jawa bagian barat dialirkan ke Jawa Timur, untuk kemudian diseberangkan lewat laut dari Pelabuhan Tanjung Perak menuju dalam dan luar negeri. Dengan Terminal Teluk Lamong sebagai simpul distribusi modern, Jawa Timur menjadi titik temu jalur barat–timur Nusantara, termasuk bagi Kalimantan Timur yang kini menyiapkan diri sebagai rumah bagi Ibu Kota Nusantara (IKN). 

Aktivitas logistik di Teluk Lamong via teluklamong.co.id


Arus besar logistik yang berpusat di Surabaya ini menunjukkan betapa keberhasilan IKN tidak bisa berdiri sendiri. Kalimantan Timur memang menjadi lokasi pembangunan, tetapi keberlangsungannya tetap membutuhkan daerah penopang yang mampu menjamin kelancaran suplai sumber daya. Dalam visi pembangunan IKN, setiap kota dan wilayah digambarkan layaknya organ tubuh yang bekerja saling melengkapi. IKN digambarkan sebagai syaraf pengendali, Samarinda sebagai jantung yang memompa energi, Balikpapan sebagai otot yang menggerakkan logistik dan migas, sementara Kalimantan Timur sebagai paru-paru yang menjaga keseimbangan alam. Dalam jalinan peran itu, saya melihat Jawa Timur layak diibaratkan sebagai mulut Nusantara—gerbang utama tempat masuknya suplai sebelum dialirkan ke seluruh organ bangsa. Pada saat yang sama, dari gerbang inilah berbagai komoditas dan hasil produksi diekspor ke luar negeri, menjadikan Jawa Timur poros vital dalam aliran keluar-masuk logistik bangsa. 

Sebagai pelabuhan hijau semi-otomatis pertama di Indonesia, keberadaan Terminal Teluk Lamong memberi nilai strategis bagi Jawa Timur. Pergerakan kontainer berlangsung lebih cepat dan teratur, sementara pemanfaatan energi ramah lingkungan mampu menekan emisi. Dengan inovasi ini, arus barang yang melintas menuju Kalimantan Timur dan berbagai wilayah Nusantara, hingga ke mancanegara dapat dijaga tetap efisien dan berkelanjutan. Namun, secanggih apa pun teknologi yang dihadirkan, kelancarannya tetap bergantung pada keamanan suatu wilayah. Tanpa stabilitas sosial dan politik di Jawa Timur, investasi bisa terganggu, roda usaha terhambat, dan distribusi logistik berisiko tersendat.  

Sebagaimana mulut yang menjadi pintu masuk utama bagi tubuh manusia, Jawa Timur sebagai Gerbang Nusantara juga harus dijaga keamanan dan kebersihannya. Bila mulut terganggu, asupan makanan terhambat, energi melemah, dan organ-organ vital lain ikut terdampak. Begitu pula dengan Jawa Timur: bila stabilitas, keamanan, dan kelancaran logistiknya terganggu, maka rantai pasok nasional berisiko melemah. Sebaliknya, ketika gerbang ini dijaga dengan baik—bersih, sehat, dan kokoh—maka seluruh organ bangsa, dari jantung Samarinda hingga syaraf Nusantara di IKN, dapat bekerja harmonis. 

Lalu, pertanyaannya: relakah kita membiarkan Gerbang Nusantara ini terancam kembali— diterpa ancaman yang dapat memukul roda perekonomian dan merugikan hajat hidup orang banyak? 

Daftar Pustaka 

1. “Jejak Demo di Surabaya: Gedung Grahadi hingga Polsek Tegalsari Dibakar”, Jatim.nu, diakses 31 Agustus 2025, dar https://jatim.nu.or.id/metropolis/jejak-demo-di-surabaya-gedung-grahadi-hingga-polsek-tegalsari-dibakar-Y1XEw 

2. “Volume of Inter-Island Cargo Loaded/Unloaded at Main Sea Ports”, BPS Indonesia, diakses 2025, dari https://www.bps.go.id/en/statistics-table/2/NjgjMg%3D%3D/volume-of-inter-island-cargo-loaded-unloaded-at-main-sea-ports.html 

3. “Tentang IKN”, IKN Indonesia, diakses 2025, dari https://ikn.go.id/tentang-ikn 

4. “Teluk Lamong”, Teluk Lamong Co., diakses 2025, dari https://www.teluklamong.co.id/

0 komentar

Post a Comment